Anak Mami: Jang, udah tau Ibas foto mesra?
Jang Moma: Memangnya kenapa?
AM: Kok orang-orang sampai segitu hebohnya, ya? Padahal cuma foto sama CBL
JM: Memangnya kenapa?
AM: Aku foto mesra, gak ada yg heboh..
JM: Mmgnya kenapa?
AM: Pdhl aku foto sama CLBK.
JM: ?
Jang Moma: Memangnya kenapa?
AM: Kok orang-orang sampai segitu hebohnya, ya? Padahal cuma foto sama CBL
JM: Memangnya kenapa?
AM: Aku foto mesra, gak ada yg heboh..
JM: Mmgnya kenapa?
AM: Pdhl aku foto sama CLBK.
JM: ?
(08.05.11, pukul 15:43)
"Mungkin kau takkan percaya..." ujar Jang Moma, saat kami berangkat mandi tadi pagi. Aku heran. Percaya tidak percaya tentang apa? Sepertinya Jang sedangg dlm 'mode gazebo'.
"Nama mereka, " lanjut Jang, "adalah simbol oksigen."
Wah... makin 'gazebo' nih...
Demikianlah. (Tp sebelumnya, sori-menyori saya pake term 'gazebo',yang mungkin bagi sebagian kawan udah jadul). Sampai sesiang ini baru saya paham, rupanya yang Jang maksud adalah Obama & Osama.
"Nama mereka, " lanjut Jang, "adalah simbol oksigen."
Wah... makin 'gazebo' nih...
Demikianlah. (Tp sebelumnya, sori-menyori saya pake term 'gazebo',yang mungkin bagi sebagian kawan udah jadul). Sampai sesiang ini baru saya paham, rupanya yang Jang maksud adalah Obama & Osama.
(08.05.11, pukul 12:49 Wib)
Jam segini barulah Jang Moma pulang. Belum kuputar anak kunci, dari balik pintu kudengar kata-katanya. Jelas brkenaan dengan pertanyaanku sebelum ia keluar petang tadi, tentang siapa yg "Habil" dan "Kabil" antara Osama & Obama.
"Kawan, sdh kau baca celoteh Michael Moore?"
"Siapa dia?"
"Ampunnn..kau tak tahu?! Ah..jangankan apa celotehnya, tentang Obama, tentang siapa ia sebenarnya pun kau tak tahu... bakar sajalah ijazahmu!"
Busyet. Panas hatiku.
"Kawan, sdh kau baca celoteh Michael Moore?"
"Siapa dia?"
"Ampunnn..kau tak tahu?! Ah..jangankan apa celotehnya, tentang Obama, tentang siapa ia sebenarnya pun kau tak tahu... bakar sajalah ijazahmu!"
Busyet. Panas hatiku.
(07.05.11, pukul 01:38 Wib)
"Osama dan Obama. Siapa yang 'Habil' dan siapa yang "Kabil'?"
Jang Moma diam. Tak mau menjawab pertanyaanku. Namun nafasnya kulihat memberat. Ia bangkit, membalikkan badan, kemudian menuju pintu. Sambil mengenakan sendal, ia menoleh padaku.
"Kau pakai kacamata, kan?"
Aku mengangguk.
"Ganti kacamatamu."
Jang Moma diam. Tak mau menjawab pertanyaanku. Namun nafasnya kulihat memberat. Ia bangkit, membalikkan badan, kemudian menuju pintu. Sambil mengenakan sendal, ia menoleh padaku.
"Kau pakai kacamata, kan?"
Aku mengangguk.
"Ganti kacamatamu."
(06.05.11, pukul 23:00 Wib)
"Jang," ujarku seraya menatap layar monitor, "mau pakai nama e-mail yg bagaimana?"
Jang Moma berteriak lantang: "komisi delapan tiga enam nol et yahu dot kom...!!!"
Jang Moma berteriak lantang: "komisi delapan tiga enam nol et yahu dot kom...!!!"
(05.05.11, pukul 16:04 Wib)
Gara-gara Jang Moma aku terpaksa bangun sepagi ini. Dengan heroik ia mengguncang-guncang bahuku. Suaranya penuh patriotisme: "Kawan, kau harus mendukung gedung dpr baru itu."
"Kok?!"
"Kok?!"
Aku curiga, jangan-jangan ia terinfeksi virus yg diderita banyak orang-orang penting negeri ini, yakni virus mengkhianati cita-citanyanya sendiri.
"Harus, kawan. Harus. Sebab, meskipun tetap biaya tinggi, gedung baru itu dilengkapi ruangan khusus untuk anggotanya cuci otak."
"Harus, kawan. Harus. Sebab, meskipun tetap biaya tinggi, gedung baru itu dilengkapi ruangan khusus untuk anggotanya cuci otak."
(05.05.11, pukul 05:35 Wib)
Pulang mandi, anak tetangga teriak-teriak padaku mengabarkan bahwa Jang Moma ada di tipi: menghadiri pernikahan Will dan Kate.
(29.04.11, pukul 16:46 Wib)
Meskipun kalah (dengan angka tipis) aku tetap BANGGA dgn PERJUANGAN Daud "Cino" Yordan.
Sprtinya akan banyak pembahasan dengan Jang Moma nieh. Tapi... eh... mana dia?
Sprtinya akan banyak pembahasan dengan Jang Moma nieh. Tapi... eh... mana dia?
(17.04.11, pukul 23:48 Wib)
Sejak bakda Isya, Jang Moma sudah ternganga di depan tipi tetangga. Bahkan ia ringan tangan mengeluarkan isi dompetnya membantu tuan rumah membeli bensin untuk mengidupkan genset.
"Iklan terus," celoteh seseorang disampingnya.
"Ndak apa-apa," jawab JM, ini tanda negara ini kapitalis, bukan sosialis.
"Komentar terus," keluh yang lain.
"Ndak apa-apa. Kita kan memang juara dunianya... juara dunia komentator."
"PLN mati,"
"Tanda kita di NKRI."
"Iklan terus," celoteh seseorang disampingnya.
"Ndak apa-apa," jawab JM, ini tanda negara ini kapitalis, bukan sosialis.
"Komentar terus," keluh yang lain.
"Ndak apa-apa. Kita kan memang juara dunianya... juara dunia komentator."
"PLN mati,"
"Tanda kita di NKRI."
(17.04.11, pukul 22:16 Wib)
Jang Moma marah besar. Padahal aku cuma bilang bahwa jangan-jangan aparat lengah lantaran lagi Demam Norman.
"Seribu kematian hanya statistik," ujarnya geram smbil menuruni tangga, "satu kematian adalah tragedi."
Aku terkesima. "Mantap kata-katamu, Jang.."
"Aku cuma mengutip, kawan. Itu ujar-ujar filosof terkenal."
"Siapa, Jang?"
Ia menyeringai: "Pe-er utkmu."
"Seribu kematian hanya statistik," ujarnya geram smbil menuruni tangga, "satu kematian adalah tragedi."
Aku terkesima. "Mantap kata-katamu, Jang.."
"Aku cuma mengutip, kawan. Itu ujar-ujar filosof terkenal."
"Siapa, Jang?"
Ia menyeringai: "Pe-er utkmu."
(15.04.11, pukul 19:43 Wib)
Jang Moma selalu punya alasan untuk ke Jakarta. Setelah gagal nonton Kitaro, kali ini ia mengajakku ke ibukota republik dengan alasan menghadiri resepsi pernikahan.
Pernikahan di 1 Mei nanti, tak sembarangan. Mempelainya adalah Super”Gayus”man dan Melinda "supertoge" Dee...
Ad yg mau ikut?
Pernikahan di 1 Mei nanti, tak sembarangan. Mempelainya adalah Super”Gayus”man dan Melinda "supertoge" Dee...
Ad yg mau ikut?
(08.04.11, pukul 13:53 Wib)
Ada partai yang menolak gedung mengangkang itu. Ada yg menerima. Emhh.. padahal, kalau dipikir-pikir, partai-partai yang menerima itu telah melukai rakyat kebanyakan. Nah, apakah mereka akan laku lagi di pemilu 2014 nanti?
"Mereka takkan khawatir," ujar Jang Moma, "sebab mereka tahu, kita adalah bangsa yang 'forgiven' sekaligus 'forgotten'..."
Ssst.. jgn kuat2, Jang...
"Mereka takkan khawatir," ujar Jang Moma, "sebab mereka tahu, kita adalah bangsa yang 'forgiven' sekaligus 'forgotten'..."
Ssst.. jgn kuat2, Jang...
(08.04.11, pukul 00:36 Wib)
Kitaro akn tmpil d Indonesia.
"Berapapun tiketnya, sy harus nonton!" ujar JM antusias. JM mmg br bs tenang klw brdiam dr smbil dngr Orochi atawa Silk Road atw yg lain2 dr Kitaro.
"Kpn Jang brgkt k Jakarta?"
"Hah???!!! Di Jakarta? Kok bkn d lapangan sepak bola desa kita, ya?"
Aku kasihan melihatnya.
...Tb2 ia menggumam: "Iya, ya. Org2 kan taunya Indonesia cm Jakarta?"
Hushhh... sssttt... jangan kuat2, Jang...
"Berapapun tiketnya, sy harus nonton!" ujar JM antusias. JM mmg br bs tenang klw brdiam dr smbil dngr Orochi atawa Silk Road atw yg lain2 dr Kitaro.
"Kpn Jang brgkt k Jakarta?"
"Hah???!!! Di Jakarta? Kok bkn d lapangan sepak bola desa kita, ya?"
Aku kasihan melihatnya.
...Tb2 ia menggumam: "Iya, ya. Org2 kan taunya Indonesia cm Jakarta?"
Hushhh... sssttt... jangan kuat2, Jang...
(07.04.11, pukul 14:14 Wib)
#1. Saat istana wapress hampir tutup, Jang Moma datang. Ia dibonceng seorang pemuda berwajah mirip pesohor yang gemar menjajakan aibnya di infotainment. Keadaan mereka sungguh payah. Bercak lumpur bahkan sampai ke rambut. Sepeda motor mereka, jangan dikata lagi. Nyaris kehilangan cat asli. Tanda bahwa mereka sah melewati jejalan republik, yang mana para wakil rakyatnya gemar belajar etika ke mancanegara serta...
(03.04.11, pukul 02:37 Wib)
#2. ...mengidap sindrom aneh: terobsesi membangun gedung megah mengangkang.
Aku dan JM saling tabik. Sedangkan si pesohor penjual aib itu hanya tersenyum simpatik. Dari lehernya terkilas kemilau unik. Kupikir kalung, ternyata jakunnya bertindik.
"Kapan datang?" tanyaku.
"Sekitar 4 tahun lagilah.." jawab JM sambil mempersilakan dirinya sendiri untuk duduk.
Tak ayal, kursi plastik yg didudukinya kotor.
Aku dan JM saling tabik. Sedangkan si pesohor penjual aib itu hanya tersenyum simpatik. Dari lehernya terkilas kemilau unik. Kupikir kalung, ternyata jakunnya bertindik.
"Kapan datang?" tanyaku.
"Sekitar 4 tahun lagilah.." jawab JM sambil mempersilakan dirinya sendiri untuk duduk.
Tak ayal, kursi plastik yg didudukinya kotor.
(03.04.11, pukul 02:51 Wib)
#3. Aku memesan 3 gelas kopi lagi. Kawan JM sudah bergabung, setelah tadi memarkir sepeda motornya dekat riol. Sambil berhadap-hadapan, JM memperkenalkan kawan barunya yg bernama Hadapi. H.I.
Awalnya kusangka ujung namanya adalah semacam gelar akademis atau nama keluarga. Ternyata merupakan singkatan dari Hidup Ini.
Kami berbincang hangat. Sampailah pada topik tentang: kemana sajakah JM selama ini?
(03.04.11, pukul 3:10 Wib)
Awalnya kusangka ujung namanya adalah semacam gelar akademis atau nama keluarga. Ternyata merupakan singkatan dari Hidup Ini.
Kami berbincang hangat. Sampailah pada topik tentang: kemana sajakah JM selama ini?
(03.04.11, pukul 3:10 Wib)
#4. Dengan senyum khasnya yang subversif, ia menjawab bahwa ia tak kemana-mana selama ini.
"Pak Uteh Tungkal bilang Jang ke Jakarta. Benar?" tanyaku sambil menjangkau sebungkus keronceng keladi.
Jang terperanjat dan berseru: "Bocorrr...!!!"
"Ha? Jadi Pak Uteh benar? Dan Jang tadi bohong? Baguss.."
"Eitt.. Jangan vonis sembarangan. Aku belun jawab apa-apa, kok?"
"Lha? Tadi Jang bilang info bocor?"
"Duhh..sekolahmu..
"Pak Uteh Tungkal bilang Jang ke Jakarta. Benar?" tanyaku sambil menjangkau sebungkus keronceng keladi.
Jang terperanjat dan berseru: "Bocorrr...!!!"
"Ha? Jadi Pak Uteh benar? Dan Jang tadi bohong? Baguss.."
"Eitt.. Jangan vonis sembarangan. Aku belun jawab apa-apa, kok?"
"Lha? Tadi Jang bilang info bocor?"
"Duhh..sekolahmu..
(03.04.11, pukul 03:25 Wib)
#5. ..yg bertahun-tahun itu hanya menjadikanmu sebagai seorang penuduh? Alamakkk.. Dengar baik-baik. Yang bocor itu keronceng di tanganmu."
Haaa???
Benar. Daging umbi keladi, yang dirajang sebesar batang korek api dan diolah sebagai kudapan di tanganku ini, bungkus plastiknya memang bocor. Untuk memastikan, kupatah-patahkan beberapa potongan dari luar pembungkus. Lemau. Domun. Demun. Masuk angin.
"Ya, sudah..tak apa-apa," ujar..
Haaa???
Benar. Daging umbi keladi, yang dirajang sebesar batang korek api dan diolah sebagai kudapan di tanganku ini, bungkus plastiknya memang bocor. Untuk memastikan, kupatah-patahkan beberapa potongan dari luar pembungkus. Lemau. Domun. Demun. Masuk angin.
"Ya, sudah..tak apa-apa," ujar..
(03.04.11, pukul 03:36 Wib)
#6. ..ku seraya menaruh keronceng ke atas meja.
"Intinya, benarkah Jang ke Ibukota negara?"
"Siapa yang bilang?"
"Sudah kubilang tadi, aku tahunya dari Pak Uteh Tungkal."
"Siapa itu? Apakah aku mengenalnya? Dan apakah ia mengenalku? Jangan sembarangan, kawan. Jelang duaribu duabelas dan duaribu limabelas, jangan sembarangan menelan informasi."
"Jang...ada apa dengan tahun-tahun itu?"
"Siapa yang bilang?"
"Sudah kubilang tadi, aku tahunya dari Pak Uteh Tungkal."
"Siapa itu? Apakah aku mengenalnya? Dan apakah ia mengenalku? Jangan sembarangan, kawan. Jelang duaribu duabelas dan duaribu limabelas, jangan sembarangan menelan informasi."
"Jang...ada apa dengan tahun-tahun itu?"
(03.04.11, pukul 03:43 Wib)
Ia membuatku kecewa. Setelah beberapa minggu raib, yang katanya mau ngobrol sama SBY, ia ternyata akan kembali malam ini dengan cara yang biasa-biasa saja. Harusnya, ia kembali dengan surprise luar biasa. Misal, aku buka pintu, tiba-tiba ia sudah ada berdiri, lengkap dengan senyumnya yang kadang subversif itu. Tapi...yaaa... biasa2 saja. Ia pinjam ponsel ponakanku, kirim sandek: "Aku pulang. JM."
(02.04.11, pukul 19:24 Wib)
Akhirnya jejak Jang Moma terendus. Dari Usu Tungkal, yang hari-harinya standby di warkop TERANG BULAN TERANG SEKALI, aku mendapat info berharga: "Jang Moma mau ke Jakarta."
"Plesiran?"
"Bukan.." jawab Usu, sambil memberi kode pada Tauke Amung untuk menambah segelas kopi lagi. Ditambah kode susulan bahwa pembayar kopi yang baru dipesan adalah aku.
"Plesiran?"
"Bukan.." jawab Usu, sambil memberi kode pada Tauke Amung untuk menambah segelas kopi lagi. Ditambah kode susulan bahwa pembayar kopi yang baru dipesan adalah aku.
Baru akan kudekatkan telinga pada tangannya (karena sikap tubuh menegaskan akan berbisik), Usu kembali memberi kode pada tauke. Kali ini kodenya berarti: tak hanya kopi barusan dipesan yang menjadi tanggunganku, tapi semua kopinya dari pagi. Busyet. Udah kayak wakil rakyat, nih? Aku menguatkan hati. Inilah konsekuensi hidup di alaf informasi.
Usu kemudian kembali menatapku. Memposisikan tubuhnya untuk membisikkan sesuatu yang teramat berharga padaku.
Dan inilah informasi yang teramat berharga itu: "Jang mau ketemu esbeye...sst...jangan bilang siapa-siapa."
Aku garuk2 kepala.
Aku garuk2 kepala.
(16.03.11, pukul 15:17 Wib)
REG spasi DICARI spasi JANG spasi MOMA spasi USIA spasi TIDAK-DIKETAHUI kirim ke... ke... ke... kemana, ya?
(15.03.11, pukul 14:22 Wib)
"Mana muka saya???!!!" jerit Jang Moma di depan cermin.
(12.03.11, pukul 19:34 Wib)
"Syukurlah dinda miyabi tidak kenapa-kenapa," ujar Jang Moma berbaring di ruang tamu sambil memeluk guling.
Aku pindah ke ruang tengah.
Aku pindah ke ruang tengah.
Baring.
Berusaha utk tidur siang.
Tp sulit.
Masih memikirkan "hep".
(12.03.11, pukul 14:46 Wib)
Setelah insiden "hep" yg masih belum bisa saya mengerti, Jang Moma mendekatiku.
"Apa yg kau pikirkan?"
Ketika aku hendak menjawab, ia sudah berujar : "Jangan kau pikirkan 'kok bisa, ya, langit endak ada tiangnya'..."
"Apa yg kau pikirkan?"
Ketika aku hendak menjawab, ia sudah berujar : "Jangan kau pikirkan 'kok bisa, ya, langit endak ada tiangnya'..."
(11.03.11, pukul 20:26 Wib)
"Heppp...!!!" jerit Jang Moma saat lampu menyala. Ia yang sedang terbaring di tengah ruang, bergegas bangkit.
Aku tercenung. Hep? Kata apa itu?
Aku tercenung. Hep? Kata apa itu?
(11.03.11, pukul 19:40 Wib)
"Makan, yuk.." ajakku pd Jang Moma.
"Lauk?" tanyanya antusias.
"Telor."
"Sayur?"
"Tumis terung campur irisan sosis, lalap mentimun."
"Ihhh...Terima kasih. Saya endak jd ikut makan. Hiii..."
"Lho? Bukannya menu ini favoritmu, Jang?"
"Favorit? Omong lain jak. Menumu hari ini membuatku seakan MEMAKAN DIRI SENDIRI."
"Lauk?" tanyanya antusias.
"Telor."
"Sayur?"
"Tumis terung campur irisan sosis, lalap mentimun."
"Ihhh...Terima kasih. Saya endak jd ikut makan. Hiii..."
"Lho? Bukannya menu ini favoritmu, Jang?"
"Favorit? Omong lain jak. Menumu hari ini membuatku seakan MEMAKAN DIRI SENDIRI."
(10.03.11, pukul 13:09 Wib)
"Ini berita gembira, Jang Moma. Kembaranku akhirnya manggung di Jakarta."
"Siapa kembaranmu?"
"Justin Bieber..."
"Siapa kembaranmu?"
"Justin Bieber..."
(08.03.11, pukul 18:25 Wib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar