Pertemuan bermacam momen. Pencarian lokasi
latihan untuk monolog Kak Yo. Susah payah, bersama seorang sahabat,
Eko, kami menemukan Kak Yo di teras sebuah rumah kosong. Letaknya jauh
di pinggiran Kota Pontianak. Komplek perumahan jadi-jadian. Kak Yo, dengan
figurnya yang khas, sedang prev dengan khusuk. Kami tak berani mendekat.
Saat itu, siang terik pertengahan tahun. Tak bisa dibayangkan petaka yang akan terjadi jika prev-nya terganggu. Kami menunggu dari jarak aman.
Setelah bertindak sebagai pahlawan kesehatan dan
lingkungan, yaitu dengan cara mengurangi jumlah isi kotak rokok mild,
kami lihat Kak Yo sudah dekati finish prev. Tapi tak sungguh-sungguh
mendekat. Memantau saja. Kusesalkan tak bawa peralatan seismograf.
Mataku tak bisa dipercaya untuk jarak 20 meter ke atas. Beberapa
kerabat dan sahabat pernah bermasalah dengan mataku. Jadi, Kawan, jika
penasaran, lebih baik tanya mereka. Balik soal pemantauan. Aku hanya
andalkan teropong tangan Eko.
"Matanya pelan-pelan terbuka,
Bang," lapor Eko. Ia kemudian bergerak hendak ke rumah itu. Kucegah.
"Kau tahu peristiwa Hiroshima dan Nagasaki?" tanyaku merespon
tatap heran Eko.
Eko tampilkan mimik ngeri. "Jadi, kalau kita
ke sana sekarang, kita bisa terkena radiasi seperti korban
Hiroshima-Nagasaki, Bang?"
Aku menggeleng yakin.
"Lho?
Lantas hubungannya apa?"
"Ya, tak ada hubungan apa-apa. Tidak
ada yang pacaran...eh? Ah, gini. Kalaupun ada hubungannya, cuma satu:
kita belum lahir saat itu."
"Lantas tadi kenapa Abang tanya
saat Eko mau ke sana?"
"Sekadar tanya pengetahuan sejarahmu,
Ko..."
Eko geleng kepala. Kesal.
"Wahai orang-orang di
balik semak..."
Aku dan Eko saling pandang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar