20/02/14

DAERAH

Tuan dan Puan yang terhormat.
Semoga kita sama-sama dalam
keadaan waras. Semoga pula, cuaca yang sedang impulsif ini tak mengurangi kejernihan kita
dalam menilai suatu perkara.
Baik. Malam ini, dihantar hujan
yang hanya sekadar mampir
beberapa menit lalu di kota kecil kami yang bersahaja ini, saya datang kepada Tuan dan
Puan, untuk utarakan tanggapan
soal ide "bernas" terhadap pelaku
koruptor.

Sepintas kilas, ide Tuan dan Puan
tampak bernas. "Para koruptor itu
orang-orang pintar. Kenapa tak
hukum saja mereka dengan 'kerja
paksa', menjadi guru di daerah terpencil?" Begini, Tuan dan Puan yang mulia. Beberapa waktu lalu, ada seorang hakim di pusat yang bermasalah. Suatu ketika, kebejatannya dibidang hukum terkuak. Ia kemudian diberhentikan. Selesai? Sebentar. Pimpinannya ditanyai jurnalis. Apakah sebelum ketahuan kebejatannya tak terdeteksi oleh sistem departemen? Salah satu
pimpinannya bilang bahwa, untuk
hakim bejat tersebut, sebenarnya sudah disiapkan sebuah hukuman
administrasi. Ia akan dipindahtugaskan ke DAERAH.
Namun, pemindahtugasan itu tak
terlaksana karena keburu ketahuan
kebejatannya.
Selesai?...
Sebentar.
Saya mau tanya dulu pada Tuan
dan Puan yang terkasih. Apa
sebenarnya makna DAERAH bagi Tuan dan Puan? Sebatas pengertian udik dan tertinggal? Hanya menjadi lokasi pembuangan
oknum-oknum bermasalah? Kalau
memang demikian anggapan Tuan dan Puan, maka saya punya satu kata untuk memuliakan Tuan dan
Puan: "KEPARAT!"

Baik ide menjadikan para koruptor
pintar itu sebagai pekerja paksa
menjadi guru di daerah terpencil, maupun penjelasan pimpinan hakim bejat soal pemindahtugasan, konsepnya
sama. Meremehkan entitas
daerah.

Itu saja dulu, Tuan dan Puan. Tak
perlu kiranya rentetan konklusi
atas ide tersebut. Tuan dan Puan juga akan cerdas menguraikan. Masalahnya, negeri
ini surplus orang-orang cerdas, tapi minus manusia-manusia jenius.

19.01.13
Catatan Warung Kopi, Makna
Daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!