Syukurlah. Cuma SN (Soldering Noise) di kaki kapasitor keramik pada blok Power Supply. Begitu dinyalakan, tv milik mertua kembali tokcer. Semoga cukup untuk menutupi keengganan menantunya ini yang enggan membantu menebas semak belukar di "lako".So, bagaimanapun, keberhasilan kecil ini harus dirayakan. Segelas teh hangat, mungkin. Cepat kupasang lagi tutup belakang dan kembalikan posisi tv seperti semula. Hidupkan tv lagi. Tepat film Warkop DKI di kanal tv-nya calon wapres. Tertegun sebentar melihat aksi Dono dkk mencari "Omen".Kembali ke rumah, ada orang membeli jangkrik. Kulayani sebentar. Empat bungkus. Duapuluh ribu. Begitu si pembeli beranjak, muncul Aira dan Rafa. Mereka terhalang "Odak". Keduanya memanggil: "Apaaakkk..." seraya mengangkat kedua tangan. Hehe. Panggilan yang menggetarkan hati. Ohya, berulangkali kulatih memanggil: "Ayah", "Papa", dan "Daddy". Gagal semuanya. Tetap saja aku dipanggil: "Apak". Bahkan Aira menambahkan kata: "Bibak". Maksudnya: "Kipak", kosakata Ketapang Kalbar untuk "Gendong". Baiklah. Tunda dulu perayaan teh hangat. Toh menggendong mereka pun adalah sebuah perayaan, bukan? Kanan, gendong Rafa. Kiri Aira. Beuhhh. Sepertinya aku memang harus lebih rajin olahraga dan kurangi rokok.Di luar, cakrawala berawan. Tapi di atas Tayap, cerah.Mari, Nak. Kita nyanyi "Topi Saya Bundar"...Ahad, 07.07.13Catatan Perjalanan, Peristiwa 01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar