27/04/14

BUTUH MIMI

Duduk di teras kantor desa. Sendirian. Baru saja ditelepon seorang rekan. Lumayan bikin kepala nyut-nyutan.

"Ini namanya 'buntak ngael tapah', Gung."

"Mereka coba kasi kita tantangan, Bang."

Aih. Iyalah. Tapi kasi aku waktu untuk bersandar dulu di tiang teras. Emhhh...

Aspal simpang tiga berkilat oleh lelampu ruko. Beberapa sepeda motor lewat. Rerata orang pakai jaket. Tadi hujan sebentar. Di angkasa, menyembul bulan bulat. Tapi belum penuh. Kecil. Sebab ini bulan Maret. Keren. Oleh formasi awan, sekeliling bulan berhias garis-garis, serupa jalur urat darah. Langit retak.

Aih. Kacau begini, aku perlu Mimi.

Ha! Jejalur retakan itu seperti mapping konsep! Baiklah. Kucermati. Ada delapan jalur besar. Bercabang. Jumlah percabangan tak sama. Ada yang dua, tiga, empat, lima dan ada yang pecah berserabut.

Delapan jalur besar, melebar. Ada angin kayaknya di atas sana. Cepat memecah, menjadi potongan-potongan benua. Saat aku coba mereka-reka mana Amerika, mana Eurasia, mana Afrika dan mana Australia, awan-awan itu pecah lagi menjadi pulau-pulau. Tertib mereka gerak jalan ke balik cakrawala.

Mimi, di mana kamu?

25.03.13
Catatan Depan Teras Kantor Desa.

(Mimi... Mau berikan aku Mimi-mu lagi?)

1 komentar:

Support

Join My Community at MyBloglog!