Sampai sekarang aku tak tahu namanya. Tapi kukenal sosoknya sejak kecil. Selalu rapi. Rambutnya potongan militer. Selesai menyapu, ia membuka kotak. Berikutnya mengeluarkan banyak jeriken beragam ukuran.
Perhatianku terganggu saat beberapa cewek melintas di belakangku. Menyusul aroma parfum yang bikin gelisah simpul-simpul syaraf. Aku menoleh. Cakep-cakep. Tak pakai "jantuh" Melayu Senganan Sanggau. Satu pakai bahasa Betawi, satunya lagi "te-iye-iye" dengan bahasa Melayu Pontianak yang naggung. Mereka kenakan seragam dealer sepeda motor di ruko sebelah. Kukenakan kacamata. Menyimak mereka secara "sonsik". Sonsik dalam jantuh Melayu Senganan Sanggau berarti mencermati sesuatu secara superdetail.
Baru menyimak dari rambut sampai punggung, pandanganku terganggu oleh matahari yang tiba-tiba benderang. Kumpulan awan di sekitar barat laut bergerak ke timur. Aku menggeser posisi duduk. Beruntung, atap depan gereja di seberang jalan dapat menutupi matahari. Namun, mereka yang coba kusonsik tadi, sudah hendak beranjak. Cuma titip helm dengan Bang Jul rupanya. Mereka lewat. Parfum kembali semerbak. Mataku berkumbang-kumbang. Ah, dapat ku kenali. Ini parfum mirip punya mantanku dulu. Mantan yang sudah sangat lamaaa...saat sama-sama belajar biologi. Ehem. Tolong. Jangan kasi tahu ibu negara.
Matahari benderang lagi. Posisinya sudah berubah. Ah. Aku pindah ke bangku sudut.
23.03.13
Catatan Perjalanan, Sonsik di Warkop Bang Jul Pasar Sentral.
30/03/14
'SONSIK' DI WARKOP BANG JUL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar