26/10/14

NELANGSA

Tak ada yang bisa dicari dengan duduk di sudut ruang seperti ini. Kecuali mengamati. Sepasang suami istri dengan empat anak, riuh di meja panjang. Sang suami kukenali. Kubalas tabiknya.

Sepasang remaja, makan bakso malu-malu. Sesekali mereka saling tatap. Remaja perempuan akan terkikik, kemudian menundukkan wajah. Sementara si remaja pria, bangga. Bisa membuat kekasihnya terhibur.

Seorang pemuda, dengan rambut mohawk, makan mie tiaw goreng dengan lahap. Anting-antingnya berkilau oleh lampu neon. Kertas-kertas tissue bertumpuk dekat piringnya. Ia memesan es tawar lagi. Wajahnya berkeringat bak tengah dipaksa marathon di siang terik.

Kemudian masuk perempuan-perempuan mengenakan baju tidur. Ada yang seperti artis korea. Gerak-geriknya menunjukkan ia adalah pemimpin klik itu. Tampak dominan. Wajahnya lebih putih dari kertas hvs 80 gram. Matanya indah sekaligus menakutkan. Mengamati sekalian mendikte. Sementara "pasukannya" cekikikan ala ababil.

Di meja dekat pintu, tiga orang tua bersantai setelah selesaikan makanan. Hanya satu yang merokok. Ia bagai sedang membakar ladang dalam dirinya. Bersandar dan sesekali mengomentari tuturan kawan-kawannya. Saat menoleh pada rombongan si wajah putih, ia melambai. Si wajah putih mendekat. Mereka berbincang. Setengah berbisik. Separuh waspada. Mata si wajah putih mengitari ruang.

Sementara para pelayan, serupa dayang-dayang di kayangan. Hilir mudik. Bawa mangkuk, gelas, makanan ringan. Lap meja, tanya pesanan, tertawa. Hilir mudik lagi.

Teh hangatku tinggal seperempat. Demikian pula otakku, sisa seperempat.

19.05.13
Catatan Warung Bakso

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!