Menghadiri acara akad nikah sahabat istri di daerah Penambang, Tayap. Aku memilih duduk bersama Rafa di tenda luar. Bagaimanapun, aku golongan "ahli hisap".
Berbincang dengan Pak Usu, di kiri soal pintu dan jendela penginapan milik Tauke Akhiang.
Berbincang dengan Pak Long, masih di kiri, soal perkebunan sawit.
Kemudian tema pembicaraan beralih soal gambus. Seorang tua di kanan angkat bicara. Aku belum mengenalnya.
"Di Ketapang nin, yang belom kudengar soal gambus adalah kaum mude maenkan lagu Ya Uning."
"Nah," kata Pak Usu menepuk pahaku, "tepat mang ngomong dengan die nie, Pak Uteh. Die nin orang sanggar."
Ha? Orang sanggar? He...
"Pak Su, saye orang Sanggau..."
"Tau aku mah. Tapi kutau kau nin suke be-sanggar. Iye, kan?"
Lantas aku keasikan berbincang dengan Pak Uteh soal gambus. Rafa gelisah di pangkuan.
"Lon... Alon..."
"Eh, Jang. Nin bukan acare ulang taon. Nantik kite beli, ye, di pasar."
Rafa mengangguk.
Kusimak soal Gambus Ya Uning di Ketapang yang punya empat versi.
"Mak... Mamak..."
Duh. Lagi asyik. Aku undur diri mengantar Rafa ke dalam. Sambil angkat, dari speaker aktif, terdengar pembacaan Syair Gulung Ketapang.
04.07.13 Catatan Perjalanan. Akad Nikah di Penambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar