04/01/15

PAGI JELANG SIANG DI MANTAP

Dari rumah, kurencanakan mampir dulu ke warkop Among. Sebab di seberang jalan warkop Among, terdapat ATM Bank Kalbar. Kupikir, dua agenda penting hari ini bisa diringkas. Jadi, begitu belok kiri di persimpangan Pekong, sekitar sepuluh meteran, langsung belok kanan lagi. Susuri bagian belakang kantor PM. Terus susuri jalan belakang ruko-ruko pasar Kartini. Bertahun lalu, jalan ini adalah lokasi asli Pasar Senggol sebelum dipindahkan ke bagian agak hulu sana.

Di sebuah perempatan, belok kiri. Kukendorkan gas si Biroe. Tepat di warkop Mantap, kusinggah. Tapi belum putuskan apa-apa. Di warkop Among, pengunjung membludak sampai ke teras. Kutoleh kiri, warkop Mantap sisakan beberapa meja kosong di tengah ruang. Baiklah. Improvisasi. Kumatikan mesin si Biroe, cabut kunci. Si biroe biar tukang parkir yang rapikan.

Tiga meja depan Mantap penuh. Dari arah aku masuk, meja kiri, ada enam pria. Dua di antaranya pakai seragam aparat. Dua lagi dandan rapi, kutebak itu kontraktor. Tawa mereka berdua paling kencang. Dua lagi, pemuda biasa dengan senyum tak jelas pada setiap rekan semeja yang bicara.

Meja tengah cuma di isi dua orang. Salah seorang pakai baju seragam kerja biru muda sebuah instansi pemerintah.  Masih muda.Lawan bicaranya pakai baju kaos garis coklat. Kutaksir umurnya sekitar kepala lima.

Meja kanan, juga cuma dua orang. Salah seorang di antaranya kukenali. Ia kawan esempe. Kuberi ia tabik.

Aku terus ke dalam. Kupilih meja depan tv. Di atas meja, terdapat nomor meja, nomor satu. Kupesan teh hangat. Duduk. Point of View-nya asyik. Tepat membelah ruang. Meja ramai di depan sana, tadi kiri menjadi kanan. Demikian sebaliknya meja kawan esempe, kanan menjadi kiri.

Dengan posisi duduk seperti ini, bagian depan warung menjadi dua layar. Frame kanan tampilkan meja berisi dua aparat. Latar belakangnya jalan, orang lalu-lalang dan deretan ruko seberang. Sebuah warung nasi, tukang jahit dan sebuah ruko yang masih tutup. Di atas ruko yang tutup, terdapat plang nama bertuliskan Kilat. Ruko Kilat itu adalah bagian belakang warkop Among.

Meja, tiang tengah ruang, bidang pembatas dua pintu menjadi pemisah dengan frame kiri. Frame kanan sisakan pria berbaju coklat garis sedang tergelak. Awal frame kiri, orang muda berseragam biru muda juga tampak terpingkal. Di belakangnya, teman esempe-ku sedang serius bahas sesuatu dengan rekan semejanya.

Background frame kiri, paling menyala adalah dua tong fiberglass. Masing-masing bertuliskan Oren dan Jerapah. Kesibukan dapur luar warkop Among. Bougenvile yang menembus seng topi selasar. Lalu keramaian pengunjung teras kiri. Di dinding dalam warkop Among, tampak sebuah poster. Kuingat, gambar poster itu adalah gambar hasil olahan photoshop. Sebuah poster film diganti wajah Ahok pada pria baju kaos dan Jokowi pada pria berstelean rapi. Belakang poster adalah sebuah ledakan dan sisa-sisa pertempuran.

Untuk apa gambar yang lazim di dunia maya itu sampai dicetak lalu ditempel di ruang publik? Pasti pelakunya adalah Jokohok Fansmania, Jokohok Lovers.

Kuaduk teh hangat yang baru saja diantar pelayan warkop yang cantik. Untuk apa poster itu? Ini bukan Betawi. Ini cuma sebuah kota kabupaten yang terkenal dengan buruknya infrastruktur jalan. Ini cuma kota kabupaten yang entah ada entah tidak dalam peta di pusat sana.

Tak dapat kutaham. Kulihat lagi poster itu. Olala!...
Kubetulkan letak kacamata. Tak salah lagi. Itu bukan poster olahan kreatif wajah Jokohok atas poster film terkenal. Lain. Aku melorotkan badan sedikit pada bangku plastik. Iya. Barulah tulisan itu tampak: SANGGAU BARU.

Pikiranku jadi kemana-mana. Jelas ini soal pilkada Kabupaten Sanggau dalam waktu dekat ini. Sejak datang dua hari lalu, sudah kurasakan panas atmosfirnya. Tak. Jangan. Diam sajalah.

03.08.13
Catatan Warung Kopi: PAGI JELANG SIANG DI MANTAP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!