Dari lima meja warkop ABADI ini, lima terisi. Dua meja di teras, kosong, terpapar matahari sore. Aku di sudut. Point of view paling tepat. Bisa mengamati semua sudut.
Cermin besar buram, yang jaman "angkat bujang" dulu sering jadi sasaran aku dan Emoh mematut diri sebelum berangkat ke sekolah. Lapis peraknya banyak yang cacat. Jam dinding. Mendekati empatbelas nol-nol. Dua kalender sobek bergambar artis Mandarin. Cantik. Serupa mantan saat dulu pementasan. Ehem-ehem. Satu kalender lebar bergambar bunga merah dalam pot coklat. Etalase rokok dan jajanan pasar. Meja hidang. Ada toples kopi dan gula. Lalu ceret kuningan kopi saring. Di belakang meja hidang, rak berisi minuman suplemen serta minuman alcohol rated. Ujung kiri meja hidang, terdapat meja cuci gelas. Mengarah pada pintu masuk ke ruang keluarga. Ujung kanan meja hidang, terdapat meja khusus sajian es Tepat berada pada pintu luar. Pada galangan atas pintu luar, tercantol beberapa kudapan.
Bagiku dan kawan-kawan Gensuker, anak-anak Jatonk, ini bukan sekadar warkop biasa. Ini termasuk salah satu ruang perkuliahan dari suatu kampus bernama Universitas kehidupan. Banyak intrik, yang dibahas dan berakhir baik di sini. Setiap kami bisa jadi mahasiswa, sekaligus menjadi dosen. Setiap kenalan adalah sumber informasi dan rekan diskusi.
19.12.12
Catatan Perjalanan, Warkop Abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar