30/08/13

GERTAK GANTOKNG

"Pabila ada, penyompat masa pulakng ke kampokng/ Mada kelupa', nyelopat goyap ke gertak gantokng/ Ingat tebeat, tebeat mari' gi' angkat bujakng/ Malar bejanyi, janyi betomu si ade' sayang..."

(Terjemahan bebas: Jika ada kesempatan pulkam, tak lupa jalan-jalan ke jembatan gantung, ingat tabiat masa abege, sering janji ketemuan dengan si adek sayang).

Sampai di simpang tugu dekat lapangan PELTI, menikung ke kiri. Jika lurus, kita akan melewati jembatan baru. Jika ke kiri, melewati jembatan gantung muara sungai Sekayam. Ini bukan sembarang jembatan. Ini sekaligus penanda kota Sanggau.

Suatu ketika, semasa masih kuliah, dalam rangka kegiatan mahasiswa, saya bertemu seorang tua di Jakarta. Begitu tahu saya berasal dari Sanggau, beliau langsung tanya: "Bagaimana keadaan jembatan gantung?" Demikianlah. Tak cuma di Jakarta. Di mana-mana, ketika bertemu orang-orang yang pernah bertugas di Sanggau, tak lain yang mereka tanyakan, selalu Jembatan Gantung (Gertak Gantokng).

Menurut cerita tetua, Gertak Gantokng Sanggau yang sudah terhitung uzur itu, sejatinya merupakan kelanjutan dari Gertak Gantokng yang lebih lama lagi. Pernah, ketika masih di jaman ber-sosmed dengan FS (Friendster), ada rekan yang memposting foto Gertak Gantokng "tempoe doeloe". Ada orang-orang dengan dandanan Menir memegang sepeda. Bentuk jembatannya pun lebih langsing di banding yang ada sekarang. Menjadi sesalan sampai sekarang, kenapa saya tak mengunduhnya ketika itu. Nah, semoga saja, para netter dan blogger asal Sanggau, setelah membaca catatan ini, tergerak hati menautkan foto tersebut pada akun saya.

Dari sejumlah riwayat, Gertak Gantokng Sanggau, memiliki pertalian sejarah dengan Jembatan Penanjung Sekadau. Mulanya adalah Jembatan Penanjung Sekadau. Karena pemerintah yang berkuasa saat itu menilai baik, maka dijadikan sebagai model untuk membuat Gertak Gantokng Sanggau.

Jika sungai sedang surut, maka kadang kita bisa beruntung melihat bangkai kapal besi tua era jaman Belanda. Cerita lain yang mengharukan, berkenaan dengan masa pendudukan Jepang. Areal Gertak Gantokng sampai muara KODIM (Komando Distrik Militer), pernah menjada "Killing Zone" bagi sesiapa yang dianggap pemberontak. "Musuha" bagi Nipon adalah sesiapa yang dianggap sebagai orang kuat di setiap kampung. Nipon menjadi bengis lantaran menghadapi dua perlawanan rakyat Borneo Barat. Pertama, perlawanan politik di kota. Sejumlah sekitar 72 pemimpin dan cerdik pandai, berkumpul di Gedung Medan, Pontianak. Hasil pertemuan itu adalah kesepakatan membentuk negara sendiri, bernama Negeri Rakyat Kalimantan Barat. Jepang kemudian menangkap semua peserta rapat, menjadi gelombang pertama Peristiwa Mandor. Peristiwa yang melenyapkan satu generasi emas Kalbar. Perlawanan kedua adalah perlawanan militer di desa. Pangsuma, Pahlawan Besar Kalimantan Barat, membentuk Laskar Rakyat Majang Desa, di sebuah desa di sekitar Meliau.

Imbas perlawanan tersebut memacu semangat dan daya juang rakyat. Mengantisipasi hal tersebut, Nipon keluar masuk kampung mencari sesiapun yang dianggap potensial memicu perlawanan. Khusus wilayah Sanggau, selain pada gelombang-gelombang awal dikirim ke wilayah Mandor, para pemberani tersebut, sebagai bagian dari usaha menyapu bersih sisa-sisa perlawanan, dikumpulkan di sekitar Gertak Gantokng.

Masih banyak kisah memilukan yang membuat dada bergemuruh. Dari yang dipaksa menjadi algojo untuk menebas saudara dan orang tua sendiri, hingga kisah-kisah ilmu kekebalan dan pelarian (penyelaman) hingga ke Teluk Pancur Aji.

Sedihnya lagi, seberapa banyak sejarah dan riwayat Borneo yang tercatat?... Ah, sudah dulu. Nanti bisa-bisa saya "becutak mamak"...

18.12.12
Catatan Perjalanan, Gertak Gantokng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!