31/08/13

AUR KUNING

Nyaris aku tak singgah di kota Aur Kuning ini. Tapi tadi aku menoleh ke kanan. Hamparan terbuka, dengan latar belakang arak-arakan mega serta matahari senja, tampilkan keagungan figur Bukit Daya. Aku mampir dan coba mengabadikan dengan kamera EGE. Tapi, uh... hasilnya mengecewakan. Harusnya aku berbekal kamera khusus. Kalau bisa yang ber-belalai. (Ho? Kok jadi ingat cerita Gajah Menelepon?)

Jelang kota Aur Kuning, sepasang bukit batu, yakni bukit Kruat dan bukit Kuri manjulang menaungi. Sepasang penjaga. Hatiku makin tak kuat. Mana mungkin kulewati kota cantik ini begitu saja? Kukendurkan gas dan ajak si Biroe menepi. Untung, warung langganan agak sepi. Aku pesan teh hangat.

"Gelas besar, Yu. Ohye, dak osah tesinggung, ye. Saye dak dudok..."

"Ngape, Bang?"
Hik-hik...hatiku berbunga-bunga dipanggil: "Bang". Ehem-ehem. "Maklom... Pantat dah sebal..."

"Oh, giannn..."

Nyaris (lagi) kutarik kursi plastik dan berselonjor seperti biasa. Upss...bukankah barusan kubilan pantatku sebal? Dan memang benar-benar sebal. Andai pun duduk, takkan sempurna kunikmati.

Baiklah. Aku berdiri saja. Tak lama, pesananku datang. Beberapa pengunjung baru pun datang. Kucermati gerak hidup di sini. Orang pacaran yang sedang jalan-jalan sore. Ibu-ibu membawa anak. Mobil truk ekspedisi. Bapak-bapak yang memperbaiki teras rumah. Minum dulu. Slruppp...

"Na' kemane, Pak?"

Ha? Si Ayu (di Ketapang, anak gadis lazimnya dipanggil "ayu") tadi yang memanggilku "Bang" sekarang memanggilku "Pak". Ohhh..terasa darahku drop beberapa derajat. Kepalaku berkunang-kunang. Aku pura-pura tak mendengar dan menyibukkan diri menulis di EGE. Ia mengulang lagi. Masih tak mendengar. Ia mendekat.

"Maok kemane, Bang?"

Hohoho... Senyumku sesempurna terang lampu kabut...Cling!

20.12.12
Catatan Perjalanan, AUR KUNING.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!