31/08/13

PIASAK-BALAI BERKUAK

"Meniti jalan Trans Selatan Kalimantan, serasa tak berada di Kalimantan."

"Kok bisa? Trus, serasa berada di mana?"

"Serasa berada di Indonesia."

Dari Piasak, pacu si Biroe cepat-cepat. Sudah pukul berapa ini. Biasanya, pukul 12.00 WIB aku sudah kekenyangan bersandar di rumah makan langganan di Balai Berkuak. Ini, pukul 13.00 WIB, masih berada di Piasak.

Tapi,  aku bukan Jurge Lorenzo, The Doctor, serta bukan pula Ariel NOAH. Aku cuma kembaran SRK. Pada beberapa tanjakan, si Biroe terkikik karena kumajukan badan. Pada beberapa tikungan, si Biroe nyengir karena aku miring pada sudut yang salah, hingga menyalahi hukum fisika kesetimbangan. Waidai?

Ya, sudah. Aku pakai kecepatan standarku. Biarlah para abege tanpa helm mendahului. Juga bapak-bapak yang sepertinya baru pulang dari ladang. Aki pasrah sajalah. Sesekali menepuk pundak tangki si Biroe: "Takkan lari yang tak lari."

Langit kiri masih saja kelabu dengan bercak biru. Kemudian kehijauan pohon. Kuning coklat tanah. Terus, garis putih panjang marka bahu jalan. Legam aspal. Garis tengah marka, kadang putus-putus. Aspal lagi. Garis marka bahu kiri jalan. Tanah lagi, terakota. Hijau pohon. Kemudian kembali langit kelabu bercak biru. Simetris. Kubuka kaca helm. Rasakan tamparan sayang angin. Ujung jaket kiri-kanan, kubuka kancingnya. Angin masuk malu-malu mengusir gerah. Yuhuuuu... I'am The Lonely Ranger. Bukan Power Rangers. Apalagi Fowler Rangers.

Banyak titik mengingatkanku saat pertama mencoba lintasan ini. Kilometer tiga. Aku pernah disambut rimbun perdu. Dulu di situ dalam. Bagian atas bak belakang truk pun berada di dalam tanah. Itu beberapa tahun lalu. Kilometer duapuluh tiga, pernah aku berendam dalam parit. Kilometer limapuluh, pernah aku membatu. Kakak si Biroe, Supra Fit yang dulu kupakai jadi saksi. Hujan deras. Kanan lubang jalan, kiri lubang riol. Si Supra Fit mogok. Lantaran tak kupenuhi tuntutannya ganti busi. Sementara di jok belakang, aku bawa monitor komputer dan CPU.

Lagi, berani aku bersumpah atas nama konsep negara kesatuan hasil cabut undi sidang BPUPKI, bahwa selama jalanan masih tak bagus, tak pernah aku mengantuk. Tapi kini. Jalanan semulus karpet. Beberapa tikungan, beberapa tanjakan, beberapa kali tarikan gas, beberapa kali oper gigi....hoaaaaammmms...

Delapan puluh dua kilometer, tampak sebuah hotel baru. Aku lambatkan laju si Biroe. Kemudian perlahan memasuki kawasan Balai Berkuak. Semakin maju. Pembangunan sangat terasa. Warung langgananku penuh. Di halaman parkirnya penuh sepeda motor yang kotor oleh lumpur. Barangkali para "peraeh". Sebab, satu dua kulihat, joknya dilengkapi keranjang.

Aku lewati pasar. Di sebuah warung, ada yang bening-bening. Saudaraku. Aku singgah dulu.

20.12.12
Catatan Perjalanan, PIASAK-BALAI BERKUAK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!