Penghujung Agustus. Malam seperempat jalan. Tak lama setelah menyimak kisruh tiang Jembatan Kapuas 1 di berbagai jejaring sosial, layar ponsel benderang dan gemetar. Telepon dari adik bungsu.
Setelah bertukar salam.
"Ada ninga bereta tih, Ba?" (Ada dengar berita, Bang?)
"Mesik. Ada apai?" (Tidak ada. Ada apa?)
Adik gumamkan sebuah ayat yang spontan kuikuti. Ya, semua yang berasal dari-Nya, kembali pada-Nya.
Tak sampai hitungan menit, kembali telepon masuk. Dari Abang sulung di Pontianak. Tema pembicaraan sama.
Beberapa hari ini, keluarga besar kami, cemas. Pamanda Dorsyah bin Rasib kembali masuk rumah sakit. Kemarin, via telepon, anak kedua Pamanda Dorsyah, Capang, uraikan analisis dokter. Sesuatu yang berkenaan dengan empedu dan hati. Jadi, meski sudah bersiap, tetap juga hatiku bergetar.
Pertemuan terakhir adalah saat almarhum masih sakit di rumah anak bungsunya, Yayan, beberapa bulan lalu. Saat itu, kami berbincang soal kosakata Melayu Senganan Sanggau, sejarah keluarga dan cerita-cerita daerah. Beberapa pekan setelah itu, ketika bertemu Capang, kutahu beliau belum puas dengan pembicaraan kami sebelumnya.
"Setogal am bejantuh dengan Erin. Padahal masih bangat yang nak dicereta," demikian kira-kira Capang mengulangi ucapan almarhum. (Sebentar saja ngobrol Erin (nama panggilanku di kampung). Padahal masih banyak yang mau diceritakan).
Benar. Tak baik menyalahkan diri. Tapi bagaimanapun aku menyesal. Almarhum yang dikenal jenaka, mewarisi kemampuan Neneknda dalam bercerita. Begitu menceritakan kisah Emponyetn, ia langsung mer-monoplay menjadi si ibu dan anak. Demikian pula kisah Sonah hingga Gegasi dan hantu-hantu hutan. Ah, apalagi kisah-kisah Pak Alui dan Pak Migu'. Dan aku tak ambil kesempatan untuk menggali kosakata-kosakata serta kisah-kisah lain. Padahal, pucuk pakis tak selamanya lembut. Aku selalu beralasan. Terlalu jauh tempat tugasku sekarang dari banir pohon tembawang.
Kesedihanku berganda. Tak semata kehilangan salah seorang "Merina" tercinta, tapi juga kesempatan menyelamatkan pengetahuannya soal khasanah lokal.
Semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan. Selamat jalan, Pamanda Dorsyah bin Rasib.
Innalillahi wa innalillahi rojiun.
(Salam turut berduka cita pada Ngah Seni, Aba Din, Aba Capang dan Aba Yayan, beserta keluarga lainnya).
31.08.13
Catatan Keberangkatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar