04/11/13

DAMRI SANDAI

Di simpang empat Tayap-Tanjung Asam-Sandai-Ketapang, kupikir bis akan lurus ke arah Sandai. Tapi, bis ternyata belok kiri. Ke arah Ketapang. Menempuh jalan tanah, jalan logging PT Alas Kusuma. Papasan dengan truk-truk raksasa yang merangkak menggendong kayu-kayu rimba Borneo.

Sampai di daerah yang dikenal dengan nama "Pertanian", bis berhenti. Sempat terpikir salah naik bis. Rupanya ada penumpang yang harus dijemput. Mereka tempati bangku satu dan dua. Sepasang suami istri. Meskipun berumur, tampilan sama-sama supergaul. Lihat si ibu. Rambut tak kalah dengan girls band asal semenanjung Korea. Busana casual, sepatu futsal. Anting-anting hulahop. Kiri kanan tangan, genggam ponsel. Belum duduk, sudah telepon. Belum selesai ponsel kanan, ponsel kiri ada yang memanggil. Konfirmasi pembelian pulsa limaratus. Limaratus ribu? Kurang tahu juga. Selesai ponsel kiri, kembali ke ponsel kanan. Tegas. Kalimat "pengambil keputusan" menjadi kalimat yang diulang-ulang. Juga kata-kata "laporan harian", "password". Ikat rambutnya lepas. Helai-helai rambut yang bagai dapat tempias "kosing sonah" (anggap saja nama merk cat rambut), berkibar. Sementara suaminya, menjadi Sphinx yang kokoh menjaga.

Balik ke simpang empat lagi. Belok kiri, ke Sandai. Beberapa tikungan, Aira lelap dalam pangkuanku.

Sampai di Sandai, jemput penumpang di Srikandi. Jemput lagi di kantor perwakilan Damri.

"Agak lama di sini, Bang?" tanyaku pada sopir. Bangku kami tepat di belakang sopir.

"Iya. Ada apa, Dik?"

"Mau buang-buang."

23.12.12
Catatan Perjalanan Damri, Sandai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!