Hujan tadi malam, tak terlalu berbekas pada aspal jalan. Mungkin karena tak terlalu lebat, permukaan jalan cuma tampak agak lembab. Tapi jejak hujan, begitu tampak pada halaman rumah. Basah. Siap diberi pertanda, seperti keping-keping tanah liat Mesopotamia yang bersedia memuat Kuneiform.
Tak sampai sepuluh meter, di depan sana, terhampar jalan Trans Selatan Kalimantan. Orang-orang, kendaraan, semakin menanjak hari, semakin ramai berlalu-lalang. Beberapa orang bersepeda, dengan keranjang belanjaan di depan stang. Sepeda-sepeda motor, ini yang paling dominan, cerminkan persaingan strategi bisnis masing-masing ATPM. Mobil-mobil, SUV yang terang-terangan, maupun terselubung menjadi taksi antar kota. Bis-bis. Truk-truk ekspedisi. Banyak yang memuat tandan-tandan ranum buah sawit. Pernah kudengar, tak cuma mengarah ke Sungai Kelik, tapi banyak juga menempuh perjalanan jauh menuju pabrik-pabrik CPO di Landak dan Sanggau.
Sejumlah kanak-kanak usia SD, berlari-lari kecil. Bahagia sekali. Di tangan mereka, tampak kantong berisi jajanan. Ah...pasti pembagian raport. Kusimak langkah-langkah mereka. Semacam perasaan aneh mendera. Kulihat kembali permukaan tanah liat basah. Akan tercetak apakah karakter dan pengetahuan kanak-kanak itu? Sementara kita tahu, kementrian pendidikan kita, gemar bikin aturan tak menentu.
22.12.12
NaTay, Jejak Hujan Hari Ibu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar