Di teras atas bagian belakang kost adik ipar. Aira hening dengan botol susunya. Kami sama menatap ke depan, ujung bambu menggapai langit, pemukiman di kejauhan, orang-orang sibuk berkebun. Lantas ada areal hijau belum tergarap. Kebun lagi. Dengan mataku yang minus ini, kuperkirakan itu adalah kebun cabe. Tampak seseorang bercaping sibuk menyuburkan pangkal-pangkal pohon cabe. Kemudian ada zona berpagar bambu. Beberapa ekor bebek berusaha menerobos pagar. Seseorang datang membawa umpan. Bebek-bebek itu "berteriak-teriak" kegirangan.
Seekor serangga tiba-tiba terbang mengelilingi Aira. Refleks aku merangkul Aira. Kuambil satu eksemplar koran di bawah bangku, kugulung dan segera menghalau "serangan udara" tersebut. Kuperhatikan, warnanya hitam, dengan cincin-cincin kuning pada bagian perut. "Naning...!". Iya, itu sejenis lebah. Kalau tersengat, bisa bikin "naning" alias kepala serasa berputar-putar.
Aku teringat Butterfly Effect. Teringat pula dengan Datok Einstein. "Kalau lebah menghilang dari permukaan bumi, manusia hanya punya sisa waktu hidup empat tahun. Tak ada lagi lebah, tak ada lagi penyerbukan, tak ada lagi tumbuhan, tak ada lagi hewan, tak ada lagi manusia" (Kutipan Kompas).
Wah... Kalau kubunuh Naning itu, berarti aku berperan dalam pemunahan manusia? Macacih? Mengerikan sekali pendapat Einstein...
Di Nusa Tenggara, dilaporkan lebah-lebah lokal yang bersarang di tebing-tebing batu, mengalami pengurangan populasi yang drastis. Penyebabnya adalah akivitas penambangan batu tebing. Tokoh adat telah beberapa kali mengadakan upacara pemanggilan lebah. Gagal. Baik saya kutip dari Kompas tuturan perih Pemuka Adat: "Kami sudah melakukan ritual memanggil lebah, tetapi belum berhasil. Masyarakat makin tak yakin pada ritual adat karena dikafirkan agama."
Ingatanku melayang pada Para Penyembah Pohon.
25.12.12
Catatan Perjalanan, Lebah di Belakang Kost Adik Ipar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar