Ada hiasan ketupat, terbuat dari pita warna-warni, teruntai di bagian depan Winnie. Ho? Ini kan masih suasana natal dan jelang tahun baru 2012B?
Jalan Gajah Mada, seperti yang kukenal, masih ramai. Demikian pula pengunjung Winnie ini. Penuh. Sibuk dengan jagat masing-masing. Kuingat puisi Pay Jarot Sujarwo gambarkan suasana: "dengung lebah". Sesekali ada seru kaget, cekakak-cekikik. Seorang pengemis lewat. Tua. Perempuan. Ada benjolan aneh di pipinya. Kemudian pengamen. Kemudian pengunjung, pengunjung dan pengunjung yang terus datang dan pergi. Karyawan Winnie, berseragam hijau mondar-mandir.
Teringat aku dengan Pradono, sastrawan Kalbar yang rajin membawa "tabung kebangkitan nasional" kemana-mana. Kurang lebih pernah beliau berujar: "warung kopi adalah tempat, pembicaraan menjadi lengkap, dunia sampai akhirat."
Aku menyeruput teh hangat jumbo, gelas kedua. Kemudian minta izin pada Aan Pertanyaan dan Omok untuk membuka EGE. Mereka lanjut bicara.
Kuperiksa sandek. Salah satunya pesan dari Kak Yo. Barangkali aku telah membuatnya marah. Semoga Tuhan membukakan pintu maaf di hatinya. Aminnn...
Huaaaa... Terdengar tawa riuh di meja depan. Kuperhatikan, sebagian dari rombongan itu dara-dara jelita. Benar, kupikir, pendapat Bang Indra Aek. Aktivis budaya. Katanya, telah terjadi pergeseran pola pengunjung warkop. Dulu warkop identik dengan nuansa macho. Tapi kini, warkop terbuka untuk lintas jantina.
EGE bergetar. Tertulis nama di layar. Agung. Kuangkat. Ia bicara soal yang tadi kami bicarakan. Kuiyakan beberapa point darinya.
Aku kembali ke EGE. Buka aplikasi office. Lantas tercenung menatap ujung-ujung ketupat aneka warna yang gemulai menari. Angin malam mengingatkanku pada jaket yang tadi tak terbawa.
Terdengar cekikikan lagi. Berbahagia sekali mereka. Bagi dong. Segelas saja.
26.12.12
Catatan Perjalanan, WINNIE.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar