23/03/14

DIBUAT LENGAH

1. Baik. Serius lagi sebelum tidur. Tentang siasat mereka. Jangan menilai seseorang dari ava-nya di sosial media.

2. Sebab, setelah dipoles make up, diutak-atik lagi dengan beragam aplikasi pengolah gambar. Demikian pula tindakan-tindakan mereka.

3. Ada beberapa lapis skenario? Kita belum tahu. Demikian juga ttg bgm unit2 skenario itu saling hubung dalam bingkai grand skenario.

4. Apakah yang tampak itu yang terlihat? Betapa berhasilnya kesadaran kolektif WN digiring menuju Monas.

5. Mereka menjadikan ini sekadar pertunjukan. Canggih. Pertunjukan yang melenakan WN dari persoalan nyata sehari-hari.

6. Kita disuapi harapan, bahwa simbol korupsi harus dihukum: Anas mesti penuhi ucapannya, gantung di Monas.

7. Sama sebangun dgn psikologi judi togel. Knp pelanggan msh sj mmbeli utk Sabtu mlm, pdhl Selasa mlm dan pekan2 sebelunya ia gagal?

8. Jwbnya: krn ia memiliki harapan. Demikian pula dengan sengkarut si Bintang Mercy di sana.

9. Kita-kita, semua WN yg sdh muak dgn perangai elit politik, serasa beroleh pengharapan. Simbol korupsi digiring ke tiang gantung monas.

10. Sudah itu, sudah? Kita tak diperkenankan memeriksa sistem kepartaian, sistem dan bentuk kenegaraan.

11. Rakyat cukup tidur. Soal pelik negara, sudah ada orang-orang pintar yang atur.

12. Kok bisa demikian? Lihat sistem pendidikan dan bangunan sosial di sekeliling. Pendidikan yang memang dirancang utk kepentingan fasisme.

13. Sistem strata sosial yang menyembah sesorang berdasarkan posisi, harta dan titel serta kemampuan mnghipnosis massa.

14. Jadi, kalau ada yang coba utak-atik soal bentuk negara, pasti dihardik beramai-ramai: "NKRI Harga mati, Bung!"

15. Atau: "Anda bukan Pakar Tata Negara. Baiknya diam dan sibuk sana dgn urusan kelamin saja."

16. Lho? Jadi kata "Kesatuan" sebelum akronim RI adalah tuhan baru di negeri ini?

17. Kemudian para pakar tata negara adalah kumpulan paderi-nya tuhan baru bernama Kesatuan itu?

18. Demikian rupanya. Pantas saja negeri ini tak pernah beres. Karena tak jelas apa yang dibela.

19. Membela Indonesia atau membela tuhan baru. Ngotot sekali mereka bertahan. Jelas ada apa-apanya.

20. Jelas kepentingan umum puak mereka dan fasisme yang diusungnya. Kasus Anas dan Monas bikin WN lupa akan terjadinya kolonisasi baru.

21. Kita ternganga di depan layar kaca, diam2 mereka kirim penduduk di halaman belakang, beribu-ribu jumlahnya.

22.A. Kasus Anas dan Monas, bikin kita lupa apa yang terjadi di Papua dan semua ketidakadilan di pulau-pulau sekunder.

22. Nah, kita lengah lagi dan mulai tak peduli. Sukses mereka me-remote kesadaran kolektif kita.

23. Pertunjukan mereka terlalu bagus untuk dilewatkan.

23. Pertunjukan cuci pikiran. (End)


25.02.13
Catatan dari twit @JagatAzura, DIBUAT LENGAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!