04/01/15

MUKA KABUPATEN #1

Aku harus menunda isi pulsa telepon. Malam sajalah. Biar ada alasan keluar.

Demikianlah. Malam datang.

"Ayah sebentar ke depan. Isi pulsa."

Nyonya mengangguk dengan tatapan memperkirakan kata "sebentar"-ku. Keluar dari gang Anggur, konter milik temanku di dekat SDN 9 tutup. Apa harus ke Maestro depan Rumkit Sanggau? Ah. Terlanjur belok kiri, putar lewat Pasar Sentral sajalah.

Melewati Simpang Adi (simpang empat terminal bis), kulihat tempat jualan Adi ramai. Melihatku, Adi lambaikan tangan. Kubalas dengan hormat tangan kiri plus klakson dua kali, plus lagi senyum sepenuh bulan bunting. Senyum dengan durasi lumayan lama. Sampai depan bioskop Sanggau Theatre barulah senyumku pudar. Areal bioskop tertutup pagar seng. Tampak leher-leher eksavator mematuk bumi. Sepertinya bioskop tersebut hanya akan tinggal riwayat.

Kuteruskan perjalanan. Sambil mengingat potongan kenangan tentang bioskop. Mulai dari mengintip film dari lubang angin, menyambung tiket bekas, ikut antrian bersama orang-orang dewasa, memanjat pohon mangga demi menonton Tutur Tinular dan lain-lain hingga sosok Udin Platoon, salah seorang penjaga tiket yang jarang senyum.

Generasiku, memang tak kebagian banyak Bioskop Daranante yang sekarang menjelma sebagai pujasera. Aku sendiri, cuma pernah satu kali nonton di situ. Generasiku di kota kabupaten Sanggau, merayakan hidup, salah satunya dengan menonton film di bioskop Sanggau Theatre. Generasi setelahku? Mereka dilibas kebijakan perfilman nasional.

Aku kurang faham di kota-kota Kabupaten lain di Kalbar sekarang. Kecuali di Singkawang. Pernah kudengar ada kawan yang bercerita bahwa filmaker setempat tetap berusaha menjadikan bioskop di sana bermanfaat. Mereka bilang, di sana, kadang diputar film-film komunitas. (Mohon klarifikasi dari saudara-saudara di Singkawang).

Namun secara umum, di Kalbar, kalau mau menonton film teranyar di bioskop, ya, mesti ke Kota Pontianak. Kalau mau cara lain, ya, beli dvd bajakan. Mau cara lain lagi, ya, unduh di situs-situs khusus yang hanya difahami para peretas. Ah, bikin ingat guyonan seorang comic:

"Udah nonton film (menyebut film terbaru)?"
"Belum."
"Ah. Nggak usah ditanya tadipun aku udah tau jawabannya."
"Kok?"
"Wajah-wajah kabupaten mana pernah ke bioskop."

Hehe... "hehe" yang perih.

Mengendarai si Biroe dengan perih, belok kiri ke jalan Sudirman. Belok kiri lagi ke Juanda. Belok kiri lagi ke Agus Salim. Belok kiri, sekali lagi, memasuki gang Anggur.

Kuparkir si Biroe di bawah pohon jambu air milik Mbah. Pintu rumah terbuka. Kunaiki tangga dengan perih tersisa. Teringat film Fast And Fourious 6 yang kutonton di laptop milik seorang kawan. Pasti jauh lebih seru menontonnya di ruang bioskop asli. Apalagi adegan Joe Taslim menghajar musuh-musuhnya.

"Sudah isi pulsanya, Yah?"

Astagaaa!!!

04.08.13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Support

Join My Community at MyBloglog!